Monday, May 21 |
NAGA BONAR LAWAN KAPITALISME
|
Aktor terkemuka, Dedy Mizwar mengaku sengaja membuat sekuel film “Nagabonar” karya Asrul Sani di tahun 1987 untuk menghidupkan kembali semangat perjuangan Nagabonar di era modern ini.
Jika film “Nagabonar” tahun 1987 menggunakan setting zaman penjajahan dulu, sekuelnya yang berjudul “Nagabonar Jadi 2” itu akan menggunakan setting masa kini, dan musuh yang harus dihadapi Nagabonar sekarang bukanlah lagi para penjajah, namun ia harus melawan era globalisasi serta kapitalisasi.
"Kalau dulu ”Nagabonar” digunakan untuk 'melihat ke belakang' (masa lalu), maka ”Nagabonar” yang sekarang adalah untuk 'melihat ke depan'. “Nagabonar Jadi 2” mengajak kita untuk kembali melihat Indonesia dari hati," ujar Deddy saat premier di Djakarta Theatre, Jakarta, Selasa (27/3) malam.
Dalam sekuel tersebut, Nagabonar bermasalah dengan anak semata wayangnya Bonaga (Tora Sudiro), seorang pemuda modern berpendidikan S2 lulusan luar negeri yang berniat untuk menjual perkebunan kelapa sawit warisan keluarga.
Kebun luas yang tidak lagi menguntungkan itu tidak berarti apa-apa bagi Bonaga, namun tidak begitu bagi Nagabonar karena tiga orang yang sangat dicintainya terbaring di makamnya di tengah perkebunan itu, yakni sang istri Kirana, ibunya dan sahabatnya, Bujang.
Pertentangan terjadi antara generasi Nagabonar dan generasi Bonaga yang keras kepala dan berujung kepada kesadaran mengenai arti penting cinta dan keluarga bagi si anak.
Selain nilai-nilai cinta dan keluarga, Deddy juga mengisyaratkan nilai penting perjuangan dan sejarah kemerdekaan bangsa yang digambarkannya dengan keinginan Nagabonar untuk mengunjungi situs-situs bersejarah serta makam pahlawan. (Diolah dari www.kapanlagi.com)
|
|
0 Comments: |
|
|
|
|
|
|
|
|